Sumatraterkini.blogspot.com : Rekapitulasi perolehan suara menunjukkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno lolos ke putaran kedua Pilgub DKI. Koalisi partai pendukung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni harus menentukan arah dukungannya.
Pengamat politik LIPI Siti Zuhro menyebut empat partai pendukung Agus-Sylvi, yaitu Demokrat, PAN, PPP, dan PKB, tidak terpengaruh oleh status terdakwa Basuki alias Ahok. Dia menyebut masing-masing partai itu sudah mempertimbangkan matang-matang tidak memberikan dukungan sejak awal untuk Ahok.
"Nggak, nggak. Itu salah besar. Kalau kita cerdas, kita melihat kenapa dari awal mereka nggak mendukung, padahal mereka juga didekati. PPP, PKB, PAN itu sudah dilakukan lobi oleh pihak Pak Ahok, tapi nggak mau kan?" jelas Siti seusai diskusi di Warung Daun, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (18/2/2017).
Hal itu, kata Siti, terjadi karena tiap partai memiliki kepentingan pada Pilkada dan Pilpres 2019. Siti menyebut keempat partai itu telah mendapat masukan dari suara akar rumput (grassroot) agar tidak memilih salah satu calon.
"Karena apa, karena mereka punya kepentingan di 2019. Apalagi yang berbasis Islam. Mereka dapat masukan dari grassroot sampai kecamatan, 'please don't choose Ahok'. Jadi, menurut saya, jangan dikait-kaitkan karena Ahok terdakwa," urai dia.
Namun Siti memastikan masih ada dinamika yang terjadi terkait dengan arah dukungan partai tersebut ke salah satu calon. Dia melihat masih ada peluang 50:50 untuk memberikan dukungan buat cagub yang juga petahana itu. "Tidak menutup kemungkinan juga PKB tidak mendukung. Tapi yang sudah jelas adalah PPP, PAN, Demokrat kelihatannya juga nggak, masih 50:50," jelas dia.
Siti menambahkan tidak ada hubungannya koalisi gemuk dengan perolehan suara. Dia kemudian mencontohkan saat Fauzi Bowo (Foke) maju dalam Pilgub DKI 2012. Koalisinya gemuk, tapi mesin partai pendukungnya tidak jalan.
"Nggak ada urusannya koalisi besar dengan lalu dijamin menang. Pak Foke sudah membuktikan itu bahwa semakin besar partai, kalau mesinnya tidak jalan, sama saja. Kecuali seperti Gerindra, semua bekerja, yang penting itu komitmennya," paparnya. Dia kemudian memberi saran lebih efektif jika tiap calon mendekati komunitas-komunitas masyarakat. Dia beralasan saat ini eranya demokrasi partisipatoris.
"Menurut saya, lebih efektif MoU dengan masyarakat luas saja, komunitas-komunitas. Kan masyarakat yang memilih, sekarang itu eranya komunitas-komunitas. Sekarang itu demokrasi partisipatoris," pungkas dia.
0 komentar:
Posting Komentar