Suasana duka begitu terasa di Perumahan Asrikaton Indah, Pakis, Kabupaten Malang. Perumahan ini adalah tempat tinggal dua kru pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Minggu pagi, 18 Desember 2016.
Rumah Pembantu Letnan Dua (Pelda) Agung Sugihantono dan Pembantu Letnan Satu (Peltu) Suyata berada berdekatan. Hanya berjarak lima langkah.
Menurut penuturan Tri, tetangga Pelda Agung Sugihantono, istri Pelda Agung Linda Lidia sejak dua pekan lalu sakit typhus. Saat ini Linda sedang berobat jalan. Tri bercerita, Linda langsung mendatangi rumahnya saat mendengar kabar pesawat Hercules yang ditumpangi suaminya jatuh. Saat itu Tri mengatakan bahwa ia belum mendapat kabar dari suaminya yang juga anggota TNI AU.
"Saya hanya meminta sabar dan merawat anaknya yang masih SD dan SMP. Linda cerita, terakhir kontak melalui pesan pendek yang mengatakan jika tak bisa dihubungi berarti dirinya telah berada di pesawat," ujar Tri, Minggu, 18 Desember 2016.
Pelda Agung bertugas sebagai load master, pada hari Jumat 16 Desember 2016 baru saja pulang dari Sabang. Pelda Agung dikenal sebagai pribadi yang baik dan pendiam. "Orangnya supel, rajin sholat di masjid. Suka olahraga juga orangnya," ucap Tri.
Agus Purwati istri Pembantu Letnan Satu Suyata juga tak kuasa menahan air matanya. Menggunakan mukena putih ia mencoba tegar menerima setiap tamu yang bertakziah ke rumah duka. Peltu Suyata salah satu kru pesawat Hercules.
Purwati ikhlas dengan musibah ini, ia pun mengaku menyerahkan pemakaman suaminya kepada pihak Lanud Abd Saleh jika akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Untung Suropati. "Saya ikhlas. Gimana lagi, namanya musibah. Saya kaget mendengarnya tapi bagaimana lagi ini takdir," ujar Purwati saat menemui Komandan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang, Marsma TNI H. RM. Djoko Senoputro.
Adik ipar Suyata, Dwi Wardana menceritakan pada Minggu, 18 Desember 2016 dini hari Peltu Suyata sempat menelepon istrinya. Berpamitan untuk segera menunaikan ibadah salat tahajud. Malam itu menjadi salat tahajud terakhir Peltu Suyata.
"Kakak ipar saya sangat religius, setelah tahajud telpon istrinya di rumah. Kami insyaallah ikhlas, sudah taku resiko pekerjaan yang dialami seorang anggota TNI Angkatan Udara," ucap Dwi. "Dia sudah 20 tahun menjadi teknisi pesawat. Sering melakukan penerbangan pesawat ke Kalimantan, Sumatera dan Papua," ujar Dwi menambahkan.
Sementara itu, tetangga Sersan Mayor Achmad Fatoni, Supaini mengaku kaget dan tidak percaya jika warga komplek Amarta Lanud Abd Saleh itu meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat Hercules di Timika Papua. Sebelum berangkat pada Sabtu 17 Desember lalu, Serma Fatoni sempat meminum kopi di warung Supaini.
"Keluarga tinggal disini baik, anaknya empat, sering ke warung saya ngopi. Sebelumnya bercanda disini, sering ngopi disini. Ya Allah saya tidak percaya sebelumnya," kata Supaini.
0 komentar:
Posting Komentar